Mudik


Photobucket

By: ASN, Jakarta, 8 Oktober 2008.

Menjelang akhir Ramadhan
Kau sudah bersiap
Bersiap secara mental, bersiap secara finansial

Sesungguhnya badanmu letih
Kau telah bekerja keras selama setahun ini
Bahkan dalam masa saummu kau berkerja lebih keras lagi
Agar bisa memperoleh tambahan penghasilan
untuk membelikan sesuatu untuk orang tua,dan adik-adikmu

Biaya kendaraan pulang kampung naik gak masalah
Tekatmu sudah bulat
Kali ini kau akan naik motor bebekmu
Lagian kini mudik bermotor sudah jadi trend dan terkesan lebih keren

Kau pasang papan kayu dibelakang sadle motormu
Meletakkan dan mengikat tas cukup besar
Berisi barang-barang kebutuhanmu seminggu
Dan beberapa oleh-oleh untuk orang-orang dikampungmu

Segera setelah hari kerja terakhirmu dibulan Ramadhan berlalu
Kau terlihat sudah berada dimotormu
Bersama istri dan seorang anakmu yang masih kecil
Dan kau melaju menuju jalur Pantura bersama ribuan motor-motor lain

Uh.. hari hujan…
Kau dan keluargamu memang memakai jaket tapi bukan jas hujan
Tak ada pilihan bagimu selain menepi
Berteduh karena perjalananmu masih jauh

Melanjutkan perjalanan setelah reda
Lajumu tersendat kepadatan kendaraan menjelang Cirebon
Kau teringat hari-hari macetmu di Ibu Kota
Tapi kau tetap tersenyum…

Bagimu…
Mudik dan kumpul dengan keluarga besarmu dihari yang Fitri adalah kebahagiaan yang sulit tergantikan
Kau juga menemukan kebahagiaan tulus orang-orang disekitarmu
Selama diperjalanan panjang dan melelahkan..
Juga disetiap perjumpaan dengan kerabatmu di Kampung..

Bagimu…
Mudik yang oleh banyak orang kota terkesan semrawut, padat, merepotkan, susah, justru merupakan sensasi tersendiri bagimu dan kau tak peduli dengan semua kerepotan itu
Mudik mu hanyalah simbol tebalnya rasa kekeluargaanmu dan kebersamaanmu
Hanyalah simbol keberhasilanmu bekerja dan itu membahagiakanmu dan membahagiakan keluargamu
Yaa.. memang ada sedikit rasa pamermu ke teman-teman di kampungmu

Tak apa bagimu kembali ke Jakarta lagi dengan kantongmu yang cekak
Habis sudah sebagian besar uangmu untuk orang tua dan adik-adikmu
Kau cuma berharap mereka memakainya buat kebutuhan penting atau biaya sekolah
Tapi entahlah, kadang uang itu juga lebih sering habis gak jelas
Kau juga tak marah dan tetap aja tunaikan kewajiban moralmu

Bersamaan dengan orang-orang kota pulang dari Bali dan luar negeri sibuk mencari kebahagiaan mereka
Kau juga kembali ke Jakarta setelah Lebaran, siap untuk bekerja
Letihmu tertutup oleh pancaran mata bahagiamu
Sederhana dan semudah itu bagimu untuk menjadi bahagia

*Fenomena Mudik dan Konsep Bahagia yang sederhana

Leave a comment