By: ASN, Bandung, 30 Oktober 2009
Suatu hari distatus fb-ku tanggal 29 Oktober 2009, sahabatku Pakde nanya (apa ngetes ya..?): “Gimana caranya berdamai dengan diri sendiri..?”
Lalu spontan aku jawab “Caranya gampang banget. Jangan suka ngajak berantem diri sendiri.. Pasti deh aman, damai…”
Lalu dia bilang: “jiahahahahahaa… aku pikir mau serius?… ealaaaaaaah.. maaaaaaaaaaaaas mas! hahaha”
Dan aku jawab lagi: “Hahaha… itu serius lagi… Cuma pakai bahasa santai. Kalau diperes dalam satu kata bacanya: ikhlas. :)”
Tak lama setelah menulis itu, aku jadi berpikir lagi. Sesungguhnya kadang tanpa sadar kita sering susah untuk berdamai dengan diri sendiri. Banyak benturan antara harapan dengan kenyataan, keinginan dengan yang diperoleh, perbandngan dengan apa yang diperoleh atau dicapai orang lain, dll, dll. Suasana itu sesungguhnya menimbulkan peperangan dalam jiwa dan mengusik ketenangan yang seharusnya bisa kita nikmati. Sudah tentu, dalam suasana konflik seperti itu sulit membayangkan tercapainya kebahagiaan.
So, sahabatku, jika ingin mendapatkan kebahagiaan, berdamailah terlebih dahulu dengan diri sendiri..
-
*Foto “Setangkai Bunga Semak” ini kuambil di Resor Dago Pakar, Bandung, tanggal 21 Maret 2009, pukul 07.31 WIB.
Filed under: 2009 Oktober, Kehidupan, Manusia, Tulisan Pendek, Uncategorized | Tagged: Bahagia, Damai, Diri Sendiri, Hanya Kata-kata, ikhlas, Kehidupan, Manusia, Sastra, Tulisan Bebas, Tulisan Pendek |
yup mas…
aku udah sodorkan jari kelingking untuk baikan sama diri sendiri.
sekarang terasa lebih ringan hidup ini
semoga terus terusan deh
EM
Berdamai dengan diri sendiri emang kadang susah ya Mas…
Berdamai dengan diri sendiri ? … Ikhlas …
Tarik lebih awal lagi …
Jangan biasakan berperang dengan diri sendiri …
sehingga kita tak perlu berdamai …
Salam saya
itu adalah masalah yang lagi aku hadapin mas,,
aku juga lagi belajar untuk itu
engga nyangka mas nug punya pemikiran yg sama denganku
thanks y ud sharing
Sepertinya benar mas. Berdamai dengan dirisendiri gak semudah berdamai dengan orang lain. Kadang kita udah bisa menyelesaikan suatu masalah dengan orang lain tapi sering tak henti menyalahkan diri sendiri… 🙂
Waaahh…tapi kok rasanya buat ikhlas itu sulit ya pak Nug??
*lagi berantem ama diri sendiri 😦
Om this is absolutely true.
Kadang ketika gap antara harapan dan kenyataan begitu tinggi, ikhlas dpt menjadi jembatan untuk kedamaian 🙂
Saya suka artikel ini oom!