Di sudut Ampera

Photobucket

By: ASN, Palembang, 1 Agustus 2012

Jelang senja di tepian
Struktur besi itu sudah tua
Ia masih tegak, kokoh disana
Terawat apik dan bersolek diri
Saksi sejarah bergulirnya waktu
Kebanggaan anak-anak negeri
Jembatani arus kehidupan

    Foto “Di sudut Ampera” ini kuambil di Palembang, tanggal 1 Agustus 2012, pukul 18.25 WIB.

Meniti senja di Sungai Musi

Photobucket

By: ASN, Palembang, 1 Agustus 2012

Dan..
Senja semakin gelap
Masih laju di atas perahuku
Lintasi indah lampu kehidupan
Kadang terlihat begitu menghanyutkan
Entah, kemana perahu ini akan tertambat
Mengikuti arus, meniti riak kecil sungai ini
Temukan damai di relung hati
Tersenyum pada senja

    *Foto “Meniti senja di Sungai Musi” ini kuambil di Sungai Musi di Palembang, Pukul 18.20 WIB

Menepi

Photobucket

By: ASN, Palembang, 1 Agustus 2012

Di sisi sungai Musi ini
Aku menepi, sejenak
Nikmati akhir hari
Merapat ke darat
Menanti Senja

    * Foto “Menepi” ini kuambil di tepi Sungai Musi di Palembang, tanggal 1 Agustus 2012, pukul 18.10 WIB.

Gurat jingga jiwa

Photobucket
By: ASN, Palembang, 1 Agustus 2012

Akh..
Aku suka saat kau menatap mataku
Letih dan memerah…
Ada asa di antara jiwa yang terbelenggu
Ada senja yang indahnya terasa menusuk kalbu
Ada bayang yang sejatinya bidadari di hatiku
Ada sepi di batas langit jingga
Tersenyum padamu, pada senja..

    *Foto “Jingga di tepi Sungai Musi” ini kuambil di tepi Sungai Musi di Palembang, tanggal 1 Agustus 2012, pukul 17.52 WIB.

Jingga di sudut Ampera

Photobucket

By: ASN, Palembang, 1 Agustus 2012

Senja hadir
Seakan tak bergulir
Dan, aku terhenti disana
Menatap langit Jingga
Di sudut Ampera
Menyapa malam

    * Foto “Jingga di sudut Ampera” ini kuambil di Palembang tanggal 1 AGustus 2012, pukul 17.41 WIB.

Pantai gersang

Photobucket

By: ASN Balikpapan, 8 Juli 2012

Hembusan angin laut
Menyentuh lembut pori wajah
Namun terik mentari tetap terasa
Seakan ada gersang iringi biru langit
Akankah aku berhenti lama disana ?
Beranjak, teduhkan jiwa..

    *Foto “Pantai gersang” ini kuambil di dekat Pulau Babi, Balikpapan, tanggal 8 Juli 2012, pukul 15.22 WIT.

Tertambat dan terdampar..

Photobucket

By: ASN, Balikpapan, 8 Juli 2012

Lalu, kemana gelombang itu..?
Deburan yang biasa menghantam dinding pantai..?
Kali ini semua diam, dalam kering..
Dan, perahuku itu masih tertambat
Ya, disana. Tak beranjak
Sejenak terdiam..

    *Foto “Tertambat dan terdampar..” ini kuambil di dekat Pulau Babi, di Balikpapan, Kalimantan Timur, tanggal 8 Juli 2012, pukul 15.22 WIT.

Menggapai Cita

Photobucket

ASN, Jakarta, 1 September 2012

Dalam beberapa kesempatan, saya berjumpa dengan orang-orang yang sangat cemerlang. Saya sering terkagum-kagum dengan ide dan karya-karya nyata mereka untuk mencapai apa yang mereka cita-citakan. Namun, sering kali, saya harus tertunduk dan berfikir dalam, ketika melihat cita-cita mulia itu terjerembab oleh ketidakberkesinambungannya proses. Sering juga, karena ketidakjelasan dan ketidaktransparanan proses. Lalu, semua hanya berjalan ditempat, atau lebih parah hanya berputar-putar saja dalam lorong-lorong labirin, tanpa pernah benar-benar mencapai cita awal.

Sejatinya, semua jalan kehidupan adalah proses. Ada titik kelahiran, belajar berjalan, berlari lalu, akan ada titik sebuah kehadiran dan keberadaan fisik itu berakhir. Namun, apa yang membedakan sebuah pencapaian yang berhasil dan yang tidak berhasil secara esensi ? Cita yang berhasil adalah pada saat sebuah cita dapat terus begulir, bahkan berkembang, walau kehadiran fisik para pencetusnya telah berakhir. Secara fisik, tak ada keabadian dalam kehidupan. Secara ide, cita dan asa, tak ada batasan keberadaan fisik. Cita-cita yang mendasar akan terus berkembang dan bergerak hingga akhir jaman. Seperti itulah konsep kemerdekaan, penemuan ilmu pengetahuan, gerakan sosial, yang berhasil.

Namun, bagaimana sebuah konsep, cita-cita mulia dapat terus bergulir tanpa keberadaan dan dukungan keberadaan fisik para pencetusnya..? Jawabnya adalah sistem dan transparansi. Sistem akan memastikan ide-ide mulia itu dapat terus bergulir dan transparansi akan memastikan tercegahnya benturan kepentingan pribadi para pencetus ide dengan pencapaian yang diharapkan itu sendiri dan kepentingan orang-orang yang ingin dibantu.

Salah satu kehancuran beberapa korporasi besar dan juga pemerintahan dimulai saat para pemimpinnya mulai menjadi dewa atau raja. Raja menggunakan konsep “The King can do no wrong”. Tak ada ruang menerima masukan, apalagi kritik. Semua dipusatkan pada satu orang pemimpin, dan disaat pemimpin itu karena sesuatu hal tak lagi berada disana, kerajaannya pun runtuh. Itulah yang membedakan Kerajaan dengan Perusahaan yang baik misalnya. Dalam prakteknya ada banyak orang yang merasa membuat dan menjalankan perusahaan namun sesungguhnya ia membuat dan menjalankan kerajaan. Perusahaan yang baik, tak akan mati dan bahkan dapat terus berkembang, walau pemiliknya atau pimpinannya berganti.

Tapi, semua itu tergantung niatan masing-masing. Pada akhirnya, waktu juga yang akan dapat menilai apa yang ada dibalik niat seseorang, termasuk seorang pemimpin. Dalam kehidupan kita akan sering temui, ternyata tak semua orang terbuka menerima masukan dan kritik. Tidak semua orang juga terbiasa memikirkan orang lain dan bekerja dalam team atau bergerak demi kepentingan banyak orang. Orang-orang seperti ini bahkan dengan mudah memberi penilaian tanpa pernah benar2 mendengarkan dan mengerti apa yang dipikirkan orang lain.

Kembaliiii… ke Laptop..(sambil pasang gaya Tukul), mencapai asa dan cita adalah sebuah proses. Seperti apakah atau dimanakah “asa” atau “cita” itu akan kita letakkan ? Kembali kepada kita lagi, apakah kita hanya akan meletakkannya selama periode kehidupan kita saja, atau membuatnya bahkan dapat terus ada dan berkembang setelah masa kehidupan kita berakhir..?

Mudahkan itu..? Saya berpendapat, tidak. “Tidak ada yang mudah, namun tak ada yang tak mungkin”. Itu adalah moto yang selalu saya gunakan. Mari mereview “cita” kita dan mereposisikannya sesuai keinginan kita. Lalu membuatnya bergulir dalam proses yang kuat untuk tetap terus ada, hingga akhir masa.. Mari menggapai cita. Mari terus berkarya.. 🙂